UNTUK SEORANG KEKASIH
Meninggalkan tarian perih para pencinta
Mungkin tak seputih merpati
Tetapi awan tipis di atas
Seakan membawa keping hati yang terluka
Setelah perjumpaan berakhir tragis
Pada saat bunga-bunga mekar
Ia tak lagi ada disini
Burung-burung terbang ke angkasa
Mengepakkan sayap gontai
Nyanyiannya terhenti saat penembak jitu datang mendekat
Lalu ada hati terluka
Karena peluru tajam menembus jiwa
Kepada siapa aku mengadu
Sementara kejujuran pada teman hidup justru jadi bumerang
Burung-burung masih terbang, semakin tinggi
Aku hanya mampu menatapnya pergi
Dengan sekeping hati terluka
Walau tak ada air mata, tangisan ini laksana nyanyian malam tak berkesudahan
Walau fajar pasti datang
Tetapi matahari tak lagi cerah
Setelah kabar duka sang pangeran terdengar di seberang
Kekasih yang tak tersentuh jari
Masih adakah harapan burung-burung itu terbang merendah
Menyapaku kembali dengan segala ceritanya
Suka dan duka
Tangis dan bahagia
Kekasih yang tak tersentuh jemari
Kabarkan padanya ada hati menanti
Setelah perjumpaan yang membangkitkan kenangan
Atas perjanjian suci dua hati yang pernah terhenti
Pada saat mata tak jernih memandang keindahan
Kekasih yang tak terjamah birahi
Keindahan bukanlah kesenangan lahiri
Tetapi pertautan batin yang saling mengerti
Yakinlah semua akan menjemputmu
Dengan segenap cinta
Dengan segenap rindu
Salatiga,
menjelang tengah malam,
setelah lampu-lampu dipadamkan,
7 Desember 2004
Label: puisi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda