Rabu, 09 Desember 2009

MENCINTAI RAHASIA

(buat ia yang tak pernah hadir, kecuali angan)

.................................................................

Aku malam ini merasa berat teringat engkau

meski berusaha aku bersikap wajar, tulus dan seadanya

tetapi rasa hati ini tidak dapat ku pungkiri

Terus terang, aku merasa sedih membayangkan hari-hari esok

dimana engkau menjalani sisa waktu hidupmu tanpa keyakinan cinta

.................................................................

jujur, aku menangkap resah di gurat wajahmu

jujur, aku menjadi penuh tanya

apa sebenarnya yang sedang engkau pilih

apa sebenarnya yang sedang engkau jalani

.................................................................

wahai yang tak tersentuh jemari,

adakah waktu dapat memupus semua kekhawatiranku

atas cinta yang tak lagi mampu ku tahan

meski untuk mengatakannya adalah sebuah kemustahilan

tetapi bisakah waktu memupus semua

.................................................................

memang, aku semestinya menyadari

tak mungkin lagi bunga-bunga mekar di pagi hari

karena saat ini senja menjelang tiba

pada kegelapan malam aku selalu bertanya

benarkah engkau bahagia

.................................................................

kadang karena cinta ini aku selalu ragu

adakah engkau bahagia

adakah semua hanya karena terpaksa saja

memang, aku tak mampu bicara

bahkan memelihara rasa ini saja aku dihantui dosa

wahai engkau yang selalu setia

.................................................................

terimakasih dariku atas ketulusanmu

yakinkanlah atas cinta ini menjadi sejati

biar awan terbang tinggi aku tak peduli

aku hanya ingin tahu bahwa engkau bahagia

.................................................................

memang, mencintai bukanlah untuk memiliki

mencintai adalah merasakan sambungan kehidupan

denyut nadi, darah, air mata dan teriakan

jika malam-malam tak lagi ramah kepada kita

apa yang mesti aku lakukan

.................................................................

memang, aku tak mungkin lagi berharap atas dirimu

tetapi cinta bukankah milik siapa saja

bukankah kasih sayang menjadi kebahagiaan

justru pada saat ia tak pernah terkatakan

.................................................................

jika kau baca tulisan ini pada suatu waktu nanti

jangan bersedih, jangan menyesal apalagi menangis

hidup memang harus berjalan dan terus berjalan

kegetiran menjadi bagian dari warna warni dunia

aku ikhlas atas derita ini, dalam cintamu yang bahagia

.................................................................

aku tak bisa bicara pada siapa-siapa

bahkan langitpun tak mampu menjadi sahabat

walau hujan datang menyapa aku tak peduli

aku mencintaimu, menyayangimu setulus kembang pagi

aku tahu kau akan berkata tentang keikhlasan

dan aku ikhlaskan semua menjadi kenyataan

dengan prasetiya kebahagiaanmu

.................................................................

aku tak bisa menulis kalimat-kalimat

karena pikiranku hancur berkeping

.................................................................

wahai para pecinta

kadang aku berharap engkau tahu atas apa yang aku rasa

tetapi segera aku pungkasi

karena pengetahuanmu tentang cintaku

akan membuatku kian menderita

saat engkau sadari bahwa kita tak mungkin bersama

..........................

Salatiga, 9 April 2006

Label:

UNTUK SEORANG KEKASIH


Burung-burung terbang ke angkasa

Meninggalkan tarian perih para pencinta

Mungkin tak seputih merpati

Tetapi awan tipis di atas sana terus berlari

Seakan membawa keping hati yang terluka

Setelah perjumpaan berakhir tragis

Pada saat bunga-bunga mekar

Ia tak lagi ada disini

....................................................

Burung-burung terbang ke angkasa

Mengepakkan sayap gontai

Nyanyiannya terhenti saat penembak jitu datang mendekat

Lalu ada hati terluka

Karena peluru tajam menembus jiwa

Kepada siapa aku mengadu

Sementara kejujuran pada teman hidup justru jadi bumerang

....................................................

Burung-burung masih terbang, semakin tinggi

Aku hanya mampu menatapnya pergi

Dengan sekeping hati terluka

Walau tak ada air mata, tangisan ini laksana nyanyian malam tak berkesudahan

Walau fajar pasti datang

Tetapi matahari tak lagi cerah

Setelah kabar duka sang pangeran terdengar di seberang sana

....................................................

Kekasih yang tak tersentuh jari

Masih adakah harapan burung-burung itu terbang merendah

Menyapaku kembali dengan segala ceritanya

Suka dan duka

Tangis dan bahagia

....................................................

Kekasih yang tak tersentuh jemari

Kabarkan padanya ada hati menanti

Ada jiwa merindu

Setelah perjumpaan yang membangkitkan kenangan

Atas perjanjian suci dua hati yang pernah terhenti

Pada saat mata tak jernih memandang keindahan

....................................................

Kekasih yang tak terjamah birahi

Keindahan bukanlah kesenangan lahiri

Tetapi pertautan batin yang saling mengerti

Yakinlah semua akan menjemputmu

Dengan segenap cinta

Dengan segenap rindu

....................................................

Salatiga,

menjelang tengah malam,

setelah lampu-lampu dipadamkan,

7 Desember 2004

Label:

PAGI MATAHARI TERBIT

.............................................

(Puisi untuk Sang Nabi)

.............................................

Selepas malam selesai mimpi

Aku bangun dari tidur pembaringan

Berdiri, mengusap mata, menyibak rambut panjang

Melangkah tak lagi goyah

Sepasti pagi matahari terbit

.............................................

Aku bernyanyi, lagu-lagu pengampunan

Aku bernyanyi, lagu-lagu keyakinan

Musik kehidupan tak lagi sendu

Semenjak kenyataan dipersaksikan

Terimakasih Tuhan ku

.............................................

Walau masih samar-samar terang

Remang fajar pasti menyongsong cahaya terang

Pagi matahari terbit

Apapun yang kau lakukan di malam-malam lalu

Apapun yang aku lakukan di senja-senja kemarin

Apapun yang dia lakukan diam-diam

Adalah makna dan memaknai

Adalah arti dan memahami

Adalah gerak kesadaran menuju kemuliaan

Menuju pagi matahari terbit


.............................................

Wahai sang nabi

Air wudlu mu belum kering

Saat kening mu bersujud mencium kaki Tuhan

Dalam doa-doa pepujian

Dalam doa-doa pengharapan

Dalam doa-doa permohonan

Dalam doa-doa keberpihakan

Dan kebenaran mu pasti

Sepasti pagi matahari terbit

.............................................

Wahai sang nabi

Ambil kereta kuda mu

Pergi ke perkampungan

Berikan petunjuk Nya

Muliakan manusia

Sepasti pagi matahari terbit

Dan aku? Ah tetap saja tentang cinta

.............................................

Salatiga,

Pagi matahari terbit,

Tetap saja tentang cinta,

5 Januari 2005

Label:

Untuk Yang Selalu Dendam

...................................

Melupakan mu adalah keindahan

Setelah fatamorgana datang menggoda

Menarikan bayangan pengharapan yang pernah singgah

Jauh sebelum hari-hari pilihan menjadi takdir-Nya

...................................

Melupakan mu adalah keselamatan

Setelah api dendam tak kunjung kau padamkan

Atas kesalahan membaca mantra-mantra

Dulu, jauh sebelum hari-hari pilihan menjadi takdir-Nya

...................................

Melupakan mu adalah keharusan

Setelah aku tahu dendam mu tak kunjung kau padamkan

Sakit jiwa mu mengganggu hari-hari mu

Dan aku tahu, kau ingin menyengsarakanku

...................................

Melupakan mu adalah kemenangan

Mata tajam mu tak mampu menggapai amarah mu

Menghancurkan kehidupan ku seperti yang kau angankan

Sementara tangan mu tak dapat lagi mencengkeram ku

...................................

Melupakan mu adalah karunia

Kesadaran sejati yang diwayhukan-Nya pada hening malam

Membuka mata batinku pada kanyataan yang sesungguhnya

Bahwa ramahmu menyembunyikan angkara

Bahwa tawamu memendam sembilu

Bahwa kecerianmu menutupi kebencian

Ya……… Semua jelas kini

Aku hampir terperangkap dendam masa lalu

Aku hampir tertangkap jerat kutuk mu

Aku hampir kalah dan kau hancurkan

Aku hampir menjadi korban kesumat mu

Aku hampir menjadi boneka mainan mu

Aku hampir menjadi wayang di tangan pedalangan mu

...................................

Melupakan mu adalah anugerah

Agar jalan lurus ini tetaplah lurus

Agar keyakinan ini tetaplah teguh

Agar bahtera ini tetaplah berlayar

Menuju tepian pantai pengharapan

Bersama permaisuri dan pangeran yang dititipkan-Nya

...................................

Melupakan mu adalah keindahan

Melupakan mu adalah anugerah

Melupakan mu adalah karunia

Melupakan mu adalah keharusan

Melupakan mu adalah keselamatan

Melupakan mu adalah kebenaran

Melupakan mu adalah kemenangan

...................................

Wahai engkau yang memelihara dendam

Jangan pernah lagi berhapar dapat mengalahkanku

Dengan segala muslihat dan tipuan permainan mu

Wahai engkau yang memelihara api angkara

Matilah segera agar dunia ini tak berat menyanggamu….!!!

...................................

Wahai engkau yang memelihara kemurkaan

Bukankah masa lalu telah lama terkubur?

Kenapa kau ingin menggalinya kembali hanya untuk kau hinakan?

...................................

Wahai engkau yang tak mampu menerima kekalahan

Belajarlah memenangkan kejernihan nurani

Karena dendam bukanlah bisik nurani

Karena dendam hanyalah tangan-tangan setan

...................................

Wahai engkau yang tak mampu menjadi diri sendiri

Cukuplah mempermainkan orang

Cukuplah menghinakan orang

Cukuplah menistakan orang

...................................

Wahai engkau yang masih mendendam

Ambillah air wudlu

Ucapkan dan patrikan kesaksian

Dirikanlah sholat

Laparkan perutmu dengan puasa

Hiasi tangan mu dengan zakat dan sedekah

Bugarkah dirimu dengan perjalanan ziarah ke tanah suci

Agar kau selamat dari murka Tuhan

Dengan memutihkan jiwa, membuang dendam

...................................

Wahai engkau yang selalu dendam

Berakhirlah……………….!!!

...................................

Salatiga,

Sepertiga malam terakhir,

Saat terbangun dari mimpi,

20 Desember 2004

Label:

Nyanyian Sunyi Untukmu, Istriku

.................................................................

Istriku,

Maafkan aku,

Jika tak mampu bahagiakanmu,

Memelukmu dengan rasa cinta,

Dan aku bisu,

Dalam diamku,

Tafakurku menjelajah sejarah,

Saat kau semakin ikhlas menerimaku,

Dalam kurang dan lemahku,

Sungguh, aku tak mampu membalasmu,

Dengan bahagia dan keindahan.

.................................................................

Istriku,

Ketabahanmu menyandera keangkuhanku

Dalam doa pengharapan akan kesetiaan

Semoga kita tegar menjalani sisa nafas penghabisan ini

Agar tak ada penyesalan

Agar tak ada kekecewaan

Yakinlah, semua akan menjadi bahagia

Dalam cinta yang tak mengenal keangkuhan

Dalam rindu yang tak mengenal keangkuhan

Dalam khilaf yang tak mengenal keangkuhan

Dalam sikap yang tak mengenal keangkuhan

.................................................................

Istriku,

Dalam kemanusiaanmu aku pun tahu

Mimpi dan pengharapanmu pada kewajaran hidup

Mimpi dan pengharapanmu pada keindahan hidup

Tetapi marilah semua kita kubur sedalam perut bumi

Agar kewajaran yang kita dapati adalah kewajaran para nabi

Agar keindahan yang kita dapati adalah keindahan cinta Ilahi

.................................................................

Istriku,

Aku memang bukan Sulaeman yang dikaruniai kekayaan

Aku memang bukan Nuh yang dikaruniai kapal pesiar besar

Aku memang bukan Yusuf yang dikaruniai ketampanan wajah

Aku memang bukan Ya’kub yang dikaruniai luasnya kesabaran

Aku memang bukan Isa yang dikaruniai mu’jizat kesaktian tangan

Aku memang bukan Daud yang dikaruniai keindahan suara

Aku memang bukan Muhammad yang dikaruniai kesempurnaan akhlaq

Aku memang hanya aku, debu kecil yang mengharap serpihan cinta-Nya

Aku memang hanya aku, yang mengalir di nadiku darah para nabi

Aku memang hanya aku, yang mendamba menjadi wakil-Nya di alam ini

Aku memang hanya aku, yang mendamba kesejatian-Nya

Aku memang hanya aku, yang ingin bersatu dengan-Nya

Aku memang hanya aku, seonggok daging yang tak bergerak jika tanpa digerakkan-Nya

Aku memang hanya aku, ruh yang berpisah dan kini menyatu kembali

.................................................................

Istriku,

Dalam kemanusiaanku, maafkan seluruh kesalahanku

Dalam kenistaanku, maafkan semua khilafku

.................................................................

Istriku,

Yakinlah….!!!!

.................................................................

Salatiga,

Menjelang fajar, saat hati terkoyak

15 Desember 2004

Label: